BUTON UTARA – SIBERSULTRA.con

Tradisi adat tahunan Haroa Ano Laa atau pesta panen kembali digelar oleh masyarakat Langkumbe Raya, Kecamatan Kulisusu Barat, Kabupaten Buton Utara (Butur), Sabtu (6/9/2025).

Acara yang digelar di Desa Lapandewa itu berlangsung khidmat, aman, dan penuh rasa syukur.IMG 20250907 WA0038

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Bupati Buton Utara, Afirudin Mathara, bersama jajaran pejabat daerah, unsur TNI-Polri, camat, kepala desa, tokoh agama, tokoh adat, serta masyarakat setempat.

Dalam sambutannya, Bupati Afirudin memberikan apresiasi kepada panitia, pemerintah desa, dan masyarakat atas suksesnya penyelenggaraan Haroa Ano Laa.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Polres Buton Utara dan Kodim 1429 Butur yang telah mengamankan jalannya acara hingga berlangsung kondusif.

“Haroa Ano Laa adalah wujud rasa syukur masyarakat atas rezeki dari Allah SWT. Saya berharap tradisi ini terus dilestarikan,” ujar Bupati.IMG 20250907 WA0053

”SPACEIKLAN”

Ke depan, kata Ketua Partai Gerindra ini, pemerintah daerah akan menaruh perhatian lebih agar acara ini semakin nyaman bagi masyarakat dan pengunjung, salah satunya dengan mendirikan baruga sebagai pusat kegiatan.

“Saya minta agar masyarakat dan pemerintah Langkumbe Raya bisa bermusyawarah menentukan lokasi yang tepat untuk pembangunan baruga,” ucapnya.

Acara dimulai dengan laporan panitia, pembacaan sejarah Haroa Ano Laa, sambutan Bupati Butur, doa bersama, hingga ramah tamah.

Pengamanan kegiatan melibatkan personel gabungan dari Polsek Kulisusu Barat, Polsek Bonegunu, Polres Buton Utara, serta Kodim 1429 Butur di bawah kendali Kabag Ops Polres Butur, AKP Hartono.

Seluruh rangkaian acara berakhir pukul 18.00 Wita dalam keadaan aman dan terkendali.

Haroa Ano Laa sendiri merupakan pesta adat sekaligus pesta panen masyarakat Kulisusu Barat yang dilaksanakan setiap tahun sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tradisi ini dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen perkebunan dan pertanian, sekaligus menjadi warisan budaya yang terus dijaga oleh masyarakat setempat.

Haroa Ano Laa tidak hanya sekedar menyiapkan kambalu dan sajian tradisional lainnya, tetapi juga menjadi pengingat pentingnya rasa syukur kepada Sang Pencipta melalui hasil bumi yang melimpah.

Perayaan Haroa Ano Laa dikemas dalam bentuk festival budaya dengan menampilkan berbagai pertunjukan khas Buton Utara, seperti tari-tarian tradisional dan pencak silat.

Selain itu, masyarakat turut menyajikan talang yang berisi beragam makanan untuk dinikmati para tamu yang hadir dari berbagai daerah.

Sejak dahulu, masyarakat Langkumbe percaya bahwa alam memiliki roh dan jiwa. Sungai, hutan, tanah, dan laut bukan sekedar sumber kehidupan, melainkan bagian dari keluarga besar manusia.

Karena itu, leluhur menciptakan ritus Haroano Laa sebagai jembatan sakral antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Bagi masyarakat Langkumbe, sungai adalah nadi kehidupan.

Selain mengairi sawah dan menjadi sumber air minum, sungai juga dianggap sebagai ruang sakral tempat makhluk gaib, terutama buaya yang dipercaya sebagai saudara manusia.

Melalui Haroa Ano Laa, masyarakat menjaga dan merawat hubungan harmonis tersebut.

Hingga kini, keyakinan masih hidup di tengah masyarakat bahwa jika tradisi ini tidak dijalankan atau terjadi kesalahan dalam penyelenggaraannya, panen tidak akan berhasil, dan buaya di sungai akan sering naik ke daratan hingga memangsa korban.

Laporan: Redaksi.

Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook